Thursday, February 01, 2007

Sliding Doors (Resensi Film)

Sampai saat ini Sliding Doors masih menjadi film favorit saya. Saya pikir Anda pasti sering membayangkan versi lain dari hidup Anda, kehidupan lain Anda di luar hidup Anda sekarang ini. Jika Anda hanya bisa mengkhayalkannya dalam pertanyaan-pertanyaan “jika”, maka Sliding Doors mampu memberikan gambaran visual, bagaimana takdir dan nasib bekerja, dan bagaimana gambaran imajinasi Anda bermain.

Adegan diawali dengan Helen, yang bekerja sebagai PR di sebuah perusahaan, dengan terburu-buru berangkat kerja, berlari-lari memburu subway, dan hampir saja terlambat, karena pintu geser (sliding door) subway mulai menutup, namun Helen berhasil menerobos masuk. Kemudian sesampainya di kantor – yang telah menanti-nanti kedatangannya, Helen harus menemui kenyataan bahwa dia dipecat karena hangover dan menggunakan fasilitas kantor untuk meng-entertain customer secara berlebihan. Pulang cepat, bertemu dengan seorang pria kocak (James) dalam perjalanan pulang, dan mendapati kekasihnya Gerry , sedang bermain cinta dengan mantan pacarnya, Lidya.

Adegan di-rewind mundur ke belakang, sampai pada scene terburu-buru di stasiun, berpapasan dan menghindar dari seorang anak kecil yang sedang berjalan di tangga, namun pintu subway telah menutup dengan rapat, Helen ketinggalan kereta. Keluar stasiun untuk kemudian mencari taksi, Helen sempat dirampok dan cedera, namun selamat sampai di rumah (Lidya telah pergi dan Gerry sedang mandi), tidak mengetahui affair kekasihnya.

Cerita kemudian terbagi menjadi dua versi.

Skenario 1 (Helen yang berhasil naik subway), kehidupan selanjutnya berjalan dengan Helen mengusir Gerry dari rumahnya, depresi mendapati 2 kesialan terjadi hanya dalam waktu kurang dari satu hari, dan tinggal sementara di rumah sahabatnya. Beruntung Helen memiliki seorang sahabat seperti Anna yang sangat memperhatikan Helen dan mensupportnya untuk melupakan Gerry dan memulai hidup baru. Beberapa hari kemudian Helen ditemani Anna ke salon, merubah penampilan (adalah salah satu terapi ampuh untuk menjadi diri Anda yang baru), berambut sangat pendek dan blonde. Merintis kembali karirnya sebagai event organizer, sukses, bertemu kembali dengan James dan memulai hubungan kasih dengannya.

Skenario 2 (Helen yang ketinggalan subway), kehidupan selanjutnya berjalan justru sebaliknya. Mendapati kekasihnya ditimpa musibah, Gerry malah mencurahkan perhatiannya pada Helen (namun masih tetap berkencan dengan Lidya). Untuk menyokong kehidupan mereka berdua, Helen bekerja sebagai sandwich delivery, sementara Gerry (berjanji) menyelesaikan penulisan novelnya yang pertama.

Yang menarik dari film ini adalah, bagaimana cara penulis naskah sekaligus sutradara Peter Howitt menuturkan kedua kehidupan yang berjalan paralel tersebut. Setiap skenario bersetting dan berlatar belakang lingkungan yang sama ; café yang sama, pemandangan yang sama, orang-orang yang sama, jalan yang sama, event yang sama, subway yang sama, namun peristiwa yang berbeda. Peter Howitt dengan sukses berhasil memberikan gambaran bahwa kedua kehidupan itu berjalan dengan paralel. Walau dengan setting yang latar belakang yang sama, sejak awal Peter mempermudah penontonnya dengan memberikan sedikit sentuhan pada Helen, ketika rambut kedua Helen masih sama panjang dan coklatnya, kita dibantu dengan bandana yang menutupi cedera karena Helen dirampok, untuk selanjutnya penonton sangat terbantu dengan rambut Helen 2 yang pendek dan blonde.

Banyak penjelasan yang menarik tentang nasib dan takdir ( destiny and fate) yang membuka mata saya lewat film ini. Bahwa hal-hal yang sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta akan tetap terjadi di dalam kehidupan manusia, sesuai dengan yang gariskan-Nya. Dengan cara yang bagaimana ? Manusia punya andil untuk memilih, disadari atau tidak. Terkadang manusia tak berhenti menyesali masa lalu dan berharap untuk kembali dan merubahnya.

Pada akhirnya Helen 2 juga mengetahui Gerry memiliki affair dengan Lidya (dengan cara diberitahukan secara langsung oleh Lidya, ketika dengan secara tidak sengaja Helen mengantar sandwich ke kantor Lidya), pingsan oleh kenyataan pahit dan kondisi fisiknya yang terlalu lelah bekerja, Helen baru kemudian menyadari jika dirinya sedang hamil dan keguguran di Rumah Sakit, melangkah dengan ringan meninggalkan Gerry yang menangis dan meninta maaf di samping tempat tidurnya.

Helen 1 yang sedang jatuh cinta dan hati berbunga-bunga dengan James, tidak memperhatikan jalan ketika akan menyeberang, tertabrak mobil dan masuk Rumah Sakit. Skenario 1 berakhir dengan kematian Helen dan bayinya (yang juga tak disadari kehamilannya dengan James). Tinggal James yang menangisi kematian mereka berdua.

Namun ada begitu banyak kemungkinan yang bisa terjadi di dalam hidup manusia. Adegan dengan cerdas ditutup oleh Peter Howitt, dengan Helen 2 berjalan keluar Rumah Sakit menuju sebuah lift, pintu lift terbuka, Helen bertemu dengan James, bertatapan, kemudian pintu lift tertutup.

Inikah awal dari skenario 3 ? Well, silahkan Anda lanjutkan sendiri.





No comments: