Friday, January 12, 2007

Belanja Nostalgia di Jalan Surabaya


Text by : Sri Dewi Susanty/JiwaFoto
Photo by : Toto Santiko Budi/JiwaFoto

Penjual barang-barang antik sibuk merapikan dan memoles barang dagangan mereka. Menyusuri Jalan Surabaya, Jakarta, akan membuat kita merasa sejenak "terlempar" ke sebuah dunia masa lalu.


Keberadaan pasar barang antik di Jalan Surabaya ini menurut salah seorang penjual, Jeky (40 thn), sudah ada dimulai sejak 30 sampai 40 tahun lalu. Dia adalah generasi kedua yang telah berjualan selama 20 tahun, setelah sebelumnya, toko dikelola oleh pamannya. Porselen, keramik, patung kayu, wayang, topeng, peralatan makan dari kuningan, cendera mata senjata tradisional antik, pajangan logam, ornamen-ornamen kuno, lampu antik adalah sebagian dari barang-barang yang dijual di sini. Ada pula yang benar-benar unik dan langka seperti alat-alat kapal (kompas, teleskop, setir, dll) atau telepon antik dan kamera kuno.

Sebelum berbentuk toko-toko yang berderet di Jalan Surabaya, para penjual barang antik ini mendagangkan barang-barangnya dengan pikulan, berkeliling Kota lama Jakarta, kemudian beralih menjual di peti-peti dan tenda. Suasana antik dan berkesan "pasar" yang sedikit berantakan sengaja dipertahankan, karena menurut para penjual, kesan berantakan inilah yang menjadi daya tarik pasar ini.

Pelanggan yang belanja du pasar barang antik Jalan Surabaya sampai sekarang masih didominasi oleh wisawatan asing, namun tak jarang pula kolektor dan wisatawan negeri sendiri. "Ada beberapa kategori pembeli; pembeli untuk dijual lagi (biasanya diekspor ke luar negeri), pembeli untuk dipakai, dan pembeli untuk dikoleksi atau kolektor", jelas Jeky, penjual barang antik khusus peralatan kapal.

Khusus pelanggan dari barang-barang kapal tua, memang sangat spesifik, yaitu yang benar-benar mengerti tentang alat-alat kapal. Pembeli dari Indonesia memborong untuk dijual lagi, atau memiliki rekanan orang asing, untuk menjual lagi barang-barang tersebut di luar negeri seperti Perancis dan Belanda.

Keberadaan pasar barang antik di Jalan Surabaya ini sudah go international dan merupakan salah satu pusat wisata belanja Jakarta yang dilestarikan oleh pemerintah DKI Jakarta. Maka tak heran jika Mick Jagger, Sharon Stone bahkan Bill Clinto pernah mampir ke pasar ini ketika berkunjung ke Jakarta, untuk mengoleksi beberapa barang antik. Dinas pariwisata pemeritah DKI Jakarta juga mempromosikan tempat ini sebagai tempat wisata belanja, dalam program "Enjoy Jakarta".

Berbeda dengan penjual barang antik lainnya yang manjual barang antik "sejenis", Abdul Gani, yang sudah berjualan di pasar ini sejak tahun 1973, mengkhususkan diri menjual kamera antik dan buku-buku terbitan lawas. Sebelum menjual kameran antik, Gani menjual radio-radio antik. Namun menjual buku-buku lawas merupakan bisnis utama yang digelutinya, dikarenakan kecintaannya terhadap buku.

"Satu kertas yang lapuk, mungkin bisa menyelamatkan sebuah negeri," demikian nasehatnya. Buku-buku tua yang dijual di toko ini kebanyakan buku-buku sastra Kebudayaan Jawa, Belanda, juga sejarah. Pelanggan Abdul Gani adalah kalangan intelektual mahasiswa dan dosen, yang mempelajari sejarah Jawan dan Indonesia, yang juga kebanyakan dari luar negeri. "Indonesia kaya akan sejarah, namun sedikit sekali dari masyarakat kita yang "tahu" sejarah dan identitas bangsa sendiri," katanya.

Harga barang-barang antik yang dijual di Jalan Surabaya ini bervariasi. Mulai lima ribuan sampai belasan juta rupiah, bergantung dari seberapa langka dan ukuran barang tersebut. Namun Anda masih bisa tawar menawar harga. Jika Anda merindukan nostalgia masa lalu dan dan tertarik untuk mengoleksi benda-benda antik dan bersejarah, sempatkan ke Jalan Surabaya. Berbelanja nostalgia.

*for Contents, a Jakarta lifestyle magazine ...

No comments: