Wednesday, December 31, 2008
Selamat Tahun Baru 2009, selalu ada harapan bagi jiwa yang optimis
Foto oleh: Toto Santiko Budi
5 Oktober 2006 - Penjahit vermak jins, Rolies (20 th), berpose di kios kontrakannya di kawasan Tebet Jakarta Selatan. Ia hanya sempat mengenyam dunia pendidikan sampai di tingkat STM (Sekolah Teknik Menengah) selama satu semester. Hampir empat tahun ia merantau di Jakarta dari kampung halamannya di Lampung. Rolies mengikuti jejak kakaknya yang telah berangkat lebih dahulu ke Jakarta tahun 2000 lalu dengan profesi yang sama.
Mungkin kita tidak asing dengan profesi penjahit vermak jins, walau terdengar sepele, sebenarnya ia adalah sang penyelamat penampilan. Memotong celana yang kepanjangan, mengganti resliting, memasang kancing, menisik dan menambal pakaian yang robek, mengecilkan rok, membongkar jahitan adalah sebagian dari pekerjaannya.
Rasanya kita bisa berkaca pada Rolies, yang telah menciptakan lapangan pekerjaan dan juga menyerap tenaga kerja. Usaha-usaha kecil seperti ini terbukti mampu bertahan terhadap krisis ekonomi.
Menurut Harian Bisnis Indonesia, selama tahun 1997-2006, jumlah perusahaan berskala UKM mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha di Indonesia. Sumbangan UKM terhadap produk domestik bruto mencapai 54%-57%. Sumbangan UKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 96%.
Sunday, September 28, 2008
Minal Aidin wal Faidzin ...
© Toto Santiko Budi
Lebaran penuh kemenangan
Buah kesabaran dan keikhlasan
Rayakan kemenangan dengan berbagi
Senantiasa bersyukur pada Sang Pemberi
Menyambut hari yang fitri, izinkan kami menghaturkan
Taqobbalallahu minnawaminkum
Selamat Idul Fitri 1429 H, Mohon maaf lahir dan batin
Wassalamualaikum,
Sri Dewi Susanty & Kel
Sunday, August 31, 2008
Museum Wayang Indonesia, Museum Mahakarya Nusantara
Foto Oleh: Toto Santiko Budi
Didik, pemandu Museum Wayang
Dengan berbekal dua tiket gratis dari Starbucks Coffee Museum Campaign, pada suatu siang saya dan rekan menuju Kota Tua dengan Busway koridor I menuju Museum Wayang. Terletak tak jauh dari Terminal Busway atau Stasiun Kota, Museum Wayang dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 200 meter ,atau jika Anda ingin menambah kesan seperti turis di negeri sendiri, bisa menggunakan jasa ojeg sepeda dari depan Museum Bank Mandiri.
Ketika memasuki wilayah Kota Tua (
Walaupun telah berusia puluhan tahun dan merupakan peninggalan Belanda,
Koleksi
Museum Wayang
Salah satu koleksi Museum Wayang yang merupakan karya masterpiece adalah Wayang Intan yang berasal dari
Selain Wayang Intan ada pula Wayang Revolusi yang merupakan koleksi berlatar cerita sejarah perjuangan
Sebagian koleksi wayang di museum ini diperoleh dengan membeli dari kolektor, berstatus dipinjamkan dengan waktu yang tidak terbatas, hadiah dan ada juga yang berupa hibah/sumbangan. Sayangnya, tidak semua koleksi wayang bisa ditampilkan di museum ini karena keterbatasan ruangan. Sebagian koleksi wayang disimpan di kotak-kotak kayu dengan perawatan khusus agar tidak rusak dan dipamerkan pada acara-acara khusus seperti pagelaran maupun pameran.
Museum Wayang juga dilengkapi dengan koleksi topeng, boneka, lukisan, lampu minyak, catur wayang, gamelan dan contoh peralatan membuat wayang. Setelah melewati koleksi wayang, kita akan melewati sebuah lorong berisi topeng-topeng wayang yang disusun dengan sangat menarik. Anda juga tentunya masih ingat dengan Boneka Si Unyil yang terkenal pada tahun 1980-an? Nah, boneka pertama tokoh-tokoh dalam lakon Si Unyil tersebut juga disimpan di sini. Selain Si Unyil, terdapat pula boneka Si Gale-Gale yang berasal dari daerah Batak, pertunjukan boneka dari Perancis, Amerika maupun Inggris.
Filosofi Wayang
Selain dari bentuknya yang unik, hal yang sangat menarik dari dunia wayang adalah filosofi kehidupan. Penokohan dan alur cerita wayang sebagian besar bersumber dari naskah Ramayana dan Mahabarata, juga merupakan kisah kerajaan-kerajaan besar dari berbagai wilayah Nusantara. Namun dengan kreatifitas sang dalang, juga dapat diciptakan cerita-cerita baru yang lebih menarik seperti wayang kancil yang merupakan kisah fabel ataupun tokoh-tokoh gubahan lainnya.
Seperti halnya manusia, wayang merupakan bayang-bayang kehidupan, di mana terdapat tokoh protagonis dan antagonis (pandawa dan korawa dalam epos Mahabarata). Banyak karakter dan filosofi tentang kebaikan, pengorbanan, kesetiaan, keprajuritan, kepercayaan dan masih banyak lainnya yang bisa kita ambil dari kisah-kisah pewayangan. Karena merupakan teater rakyat yang sangat populer, wayang juga digunakan sebagai media untuk menyebarkan agama seperti yang digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam, maupun yang digunakan para misionaris untuk menyebarkan agama Kristen. Anda dapat melihat koleksi wayang tersebut di museum ini.
Tahun 2003, UNESCO memberikan penghargaan kepada Wayang
Pagelaran Wayang
Kampanye museum kerjasama antara
Secara berkala, Museum Wayang juga mengadakan pagelaran yang dapat Anda nikmati pada
setiap Minggu kedua, ketiga dan keempat setiap bulan, dari jam 10.00 – 14.00 WIB. Namun ada kalanya diadakan acara-acara khusus seperti Pagelaran dan Pameran Wayang Kulit Revolusi, dan partisipasi Museum Wayang pada acara Batavia Art Festival di bulan Agustus ini.
Setelah Anda puas dengan koleksi wayang, di bagian lantai bawah bagian belakang museum ini terdapat prasasti yang terpampang di bagian dindingnya. Konon, bagian ini merupakan bagian yang masih tersisa dari bekas gereja yang merupakan bangunan terdahulu.
Pada awal didirikan pada tahun 1640, gedung ini merupakan gereja yang bernama De Oude Hollandse Kerk, kemudian pada tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama menjadi De Niewe Hollandse Kerk. Halaman samping gereja dimanfaatkan sebagai makam, antara lain makam gubernur jenderal, pejabat tinggi VOC serta keluarga mereka. Kemudian makam itu dipindahkan ke taman makam khusus di Jalan Tanah Abang I,
Pada tahun 1808, gedung tersebut hancur oleh gempa bumi, dan di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung yang akhirnya dipergunakan untuk Museum Wayang. Museum Wayang ini kemudian diresmikan oleh mantan Gubernur DKI
Tahun 2003, Museum Wayang mendapatkan hibah sebuah gedung yang berada bertepatan di sebelahnya dari Probosutejo untuk digunakan sebagai perpustakaan dan penempatan koleksi wayang yang selama ini disimpan.
Semoga saja banyak pihak lain yang juga tertarik melestarikan warisan budaya berharga ini, termasuk mendukung dana pengembangan, pengelolaan maupun kerjasama promosi.
Souvenir
Sebelum meninggalkan museum, ada baiknya tak lupa mampir terlebih dahulu melihat koleksi cindera mata karya pengrajin kulit. Mulai dari pembatas buku, wayang kulit dan golek dalam berbagai ukuran sampai miniatur seperangkat alat music pengiring pertunjukan wayang. Sangat menarik untuk dijadikan pajangan ataupun sebagai pemberian untuk tamu atau teman Anda. Karena lumayan mahal (dan bagus), cukuplah bagi saya mengoleksi pembatas buku Rama-Sinta
Starbucks Coffee Indonesia memberikan tiket gratis kepada pelanggan untuk dapat berkunjung ke lima museum terbesar di Indonesia, yaitu Museum Nasional, Museum Sejarah Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, dan Museum Tekstil. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan publik terhadap peninggalan budaya bangsa dan membantu mempromosikan keberadaan museum-museum di Jakarta sebagai pusat sejarah, budaya, dan edukasi. Selain tiket gratis, pelanggan juga mendapatkan fasilitas tambahan seperti pengalaman belajar seni membatik, bermain gamelan, ataupun souvenir secara cuma-cuma. Program ini berlangsung dari 15 Juli – 15 Agustus 2008.
Untuk informasi selanjutnya bisa dilihat di www.starbucks.co.id
Museum Wayang
Jln. Pintu Besar Utara No. 27
Tel. 021 692 9560 Fax. 021 692 9560
Jam Buka:
Selasa-Kamis, & Minggu 09.00 – 15.00
Jum’at 09.00 – 16.30
Sabtu 09.00 – 14.30
Senin & Hari Libur Nasional Tutup
Tiket:
Mahasiswa : Rp. 1.000
Anak-anak/Pelajar : Rp. 600
Grup (minimal 20 orang)
Dewasa : Rp. 1.500
Mahasiswa : Rp. 750
Anak-anak : Rp. 500
Jasa Pemandu:
Bahasa Indonesia : Rp. 30.000
Bahasa Inggris : Rp. 50.000
*Untuk Majalah Chic, No 24, 19 Nov - 3 Des 2008
Selamat Berpuasa, Minal Aidin Wal Faidzin
Assalamualaikum,
Kerinduan membuncah di ambang Ramadhan
Saatnya menjemput bulan penuh ampunan
Mari bercermin diri, sujudkan hati
Entaskan rasa syukur pada Illahi
Selamat menunaikan ibadah puasa,
mohon maaf lahir dan batin
Wassalam,
Sri Dewi Susanty & Kel
© Totography by Toto Santiko Budi
Totography
Jln. Rasamala II no 16, Menteng Dalam
Tebet – Jakarta Selatan 12870
t : 021-96141664
m : 0852 847 735 81
e : sdsusanty@gmail.com
w : http://totopicture.smugmug.com, http://sridewisusanty.blogspot.com
Thursday, October 25, 2007
Kesetiaan pada Sejarah
Usia Abdul Gani memang sudah cukup tua, 76 tahun, namun masih memiliki ingatan yang cukup tajam. Sambil sesekali bercanda, ia menjelaskan isi dari beberapa buku yang ia jual di kios 147 pasar barang antik di Jalan
Dalam usianya itu Abdul Gani t
Kecintaan Abdul Gani terhadap buku dimulai sejak tahun 1955, ketika pindah ke
“Satu kertas yang lapuk, mungkin bisa menyelamatkan sebuah negeri”, demikian nasehatnya. Pernyataan itu pula yang menjadi alasan kenapa dia gemar mengoleksi buku-buku langka. Buku-buku yang dijual di tokonya memang bervariasi dan kuno, seperti buku sejarah dan kebudayaan Jawa, sastra Jawa, sejarah Indonesia, pahlawan daerah, dan masih banyak lainnya. Untuk buku-buku hukum, buku koleksinya merupakan terbitan mulai tahun 1849 sampai 1920-an dan kebanyakan berbahasa Belanda. Sebisa mungkin dia hanya menerima buku-buku di bawah tahun 1950 dari pemasok buku. Tapi tak jarang dia menerima pasokan buku “baru” karena kasihan dan ingin membantu sesama penjual. Dengan sedikit berbisik ia mengatakan “Kasian kalau t
Ketekunan Abdul Gani mengumpulkan buku-buku lawas dan langka membuat lelaki beranak sepuluh ini cukup dikenal oleh masyarakat; wartawan dan mahasiswa pernah datang untuk mencari
Ketika ditanya mengenai pelanggan, Abdul Gani menceritakan bahwa dia sangat senang sekali jika pembeli buku-bukunya adalah orang
Seorang reporter dari sebuah stasiun televisi swasta pernah menanyakan kenapa dia t
Kesetiaan Abdul Gani terhadap sejarah tak sebatas pada koleksi buku-buku tua yang dijualnya. Ia juga memiliki koleksi foto-foto Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di
“Sejarawan” seperti Abdul Gani memang merupakan “sejarah tersendiri” di antara sekian juta rakyat Indonesia, yang sepertinya semakin t
Satu hal yang menjadi kekhawatirannya, tak ada satupun dari anaknya yang memiliki kecintaan terhadap buku dan sejarah seperti dirinya. Wajahnya tampak sedikit murung ketika ia menjelaskan kekhawatirannya itu. Satu-satunya harapan terletak pada anak bungsunya, Suhada, yang masih kuliah di sebuah sekolah tinggi seni di
“Buat Bapak, walau sudah tua tapi jika masih berguna buat orang lain, Bapak t
Teks oleh: Sri Dewi Susanty
Foto oleh: Toto Santiko Budi
(http://totopicture.smugmug.com/gallery/3301108#183430683)
Wednesday, August 15, 2007
Travelogue: Kanise, Tersibaknya sebuah Warisan Budaya Dunia
Teluk Dalam hanya merupakan sebuah kota kecil dan akan habis Anda lalui dalam waktu 15 menit saja. Namun sungguh, Kanise menyimpan banyak sekali warisan budaya tradisional yang sangat penting untuk dilestarikan. Badan Pendidikan dan Budaya Dunia UNESCO telah menetapkan satu-satunya rumah adat bangsawan Nias Selatan yang masih tersisa di Bawomataluo sebagai warisan budaya dunia.
Dan … Anda tidak akan menyesal telah menyempatkan diri ke sana!
Friday, July 06, 2007
Walk the World, Fight Hunger!
Di Aceh dan Nias, pengumpulan donasi melalui acara ini akan disumbangkan untuk program School Feeding di 1.750 sekolah di 9 propinsi. Dengan berdonasi Rp. 30.000 – 50.000 siapa saja yang tertarik dengan kampanye ini bisa turut serta menyumbang pembelian biskuit bergizi untuk anak-anak sekolah.
Walk the World di Banda Aceh dibuka oleh Wakil Walikota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal dan sebanyak 3500 peserta berjalan kaki sepanjang 5 km untuk mengkampanyekan kesadaran akan kelaparan anak. Selain kegiatan jalan bersama, digelar juga pameran tentang kegiatan WFP, kampanye melalui radio dan hiburan tarian tradisional dan musik. Acara ditutup oleh panggung akustik Rio Febrian yang berhasil mengobati masyarakat Aceh yang “haus” akan hiburan.
Semoga kampanye ini bisa meningkatkan kesadaran akan bahaya kelaparan pada anak sebagai generasi penerus bangsa dan banyaknya kasus gizi buruk di Indonesia dapat kita tanggulangi bersama.
Thursday, May 03, 2007
a Child's Eye; Dengar Apa yang Tak Mereka Katakan
Panggung kehidupan yang tertangkap mata kamera di atas diabadikan oleh mata seorang anak penghuni panti asuhan Al-Hidayah. Hal yang dia potret sederhana, kehidupan sehari-hari di panti asuhan, namun berhasil dia visualisasikan dengan menyentuh.
Sebanyak sekitar 150 foto yang diambil oleh 60 anak dan remaja panti asuhan di tiga kabupaten di propinsi NAD – Banda Aceh, Pidie dan Lhokseumawe – dipamerkan di Museum Aceh, Banda Aceh (2-4 Mei 2007). Pameran ini merupakan program tahunan a Child’s Eye dari Save the Children untuk program Aceh dan dalam jadwal akan dipamerkan juga di Pidie (9-11 Mei 2007) dan Lhokseumawe (16-18 Mei 2007).
Bahwa anak-anak memiliki hak untuk mengutarakan apa yang mereka pikir seharusnya terjadi ketika orang-orang dewasa membuat keputusan-keputusan yang berdampak pada mereka. Orang-orang dewasa memiliki tanggung jawab untuk mempertimbangkan sebaik-baiknya pendapat-pendapat anak (pasal 12, Kovensi Hak Anak).
Foto oleh : dokumentasi a Child’s Eye (Rosmawati, Maulisa, Marzuki)
*untuk Koran Tempo, 27 Mei 2007