Sunday, August 31, 2008

Museum Wayang Indonesia, Museum Mahakarya Nusantara

Teks Oleh: Sri Dewi Susanty

Foto Oleh: Toto Santiko Budi

“Wayang adalah bayang-bayang kehidupan, karena dia merupakan lambang penokohan sosok-sosok manusia ”

Didik, pemandu Museum Wayang

Dengan berbekal dua tiket gratis dari Starbucks Coffee Museum Campaign, pada suatu siang saya dan rekan menuju Kota Tua dengan Busway koridor I menuju Museum Wayang. Terletak tak jauh dari Terminal Busway atau Stasiun Kota, Museum Wayang dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 200 meter ,atau jika Anda ingin menambah kesan seperti turis di negeri sendiri, bisa menggunakan jasa ojeg sepeda dari depan Museum Bank Mandiri.

Ketika memasuki wilayah Kota Tua (Batavia), suasana terasa berbeda. Beberapa mahasiswa tampak sedang asyik melukis, cameramen dan fotografer sedang sibuk mengeset perlengkapan mereka sementara seorang model tampak siap difoto dengan berlatar belakang gedung-gedung tua dan dua orang asing yang tengah memasuki gedung Museum Wayang.

Walaupun telah berusia puluhan tahun dan merupakan peninggalan Belanda, gedung Museum Wayang masih terlihat kokoh, berkesan kuno dan memiliki keunikan tersendiri. Setelah mengisi buku tamu, kami diarahkan ke lantai dua, di mana ribuan koleksi wayang disusun. Namun karena sedikitnya petunjuk dan informasi mengenai wayang-wayang tersebut, kami memutuskan menggunakan jasa pemandu.

Koleksi
Museum Wayang Indonesia (Jakarta) memiliki sekitar 5000 koleksi wayang dari berbagai daerah di Indonesia juga mancanegara. Beberapa jenis wayang nusantara yang ditampilkan seperti Wayang Kulit, Wayang Golek, Patung, Topeng dan Lukisan Wayang, juga Boneka berasal dari Cirebon, Yogyakarta, Bali, Sumatera, Betawi, Bogor bahkan Banjar. Sementara koleksi dari mancanegara berupa wayang dan boneka dari Malaysia, Thailand, China, Suriname, India dan beberapa Negara lainnya.


Salah satu koleksi Museum Wayang yang merupakan karya masterpiece adalah Wayang Intan yang berasal dari Yogyakarta. Koleksi wayang yang berhiaskan intan imitasi ini tampak anggun dengan dominasi warna hitam. Wayang Intan ini diperkirakan dibuat sekitar abad 17 atau 18 di Muntilan Jawa Tengah. Merupakan pesanan saudagar kaya Tionghoa yang ingin menghibur karyawan pabriknya dengan pagelaran wayang kulit. Supaya lebih menarik, wayang tersebut ditaburi intan sehingga tampak berkilauan ketika dimainkan.

Selain Wayang Intan ada pula Wayang Revolusi yang merupakan koleksi berlatar cerita sejarah perjuangan Indonesia melawan penjajah selama 350 tahun. Wayang ini menampilkan tokoh seperti Soekarno, Hatta, RA Kartini dan Pangeran Diponegoro. Koleksi Wayang Revolusi merupakan “pinjaman” dari World Museum Rotterdam Belanda yang dikembalikan pada tahun 2005, setelah sebelumnya dibeli dari Solo sekitar tahun 1960-an.

Sebagian koleksi wayang di museum ini diperoleh dengan membeli dari kolektor, berstatus dipinjamkan dengan waktu yang tidak terbatas, hadiah dan ada juga yang berupa hibah/sumbangan. Sayangnya, tidak semua koleksi wayang bisa ditampilkan di museum ini karena keterbatasan ruangan. Sebagian koleksi wayang disimpan di kotak-kotak kayu dengan perawatan khusus agar tidak rusak dan dipamerkan pada acara-acara khusus seperti pagelaran maupun pameran.

Museum Wayang juga dilengkapi dengan koleksi topeng, boneka, lukisan, lampu minyak, catur wayang, gamelan dan contoh peralatan membuat wayang. Setelah melewati koleksi wayang, kita akan melewati sebuah lorong berisi topeng-topeng wayang yang disusun dengan sangat menarik. Anda juga tentunya masih ingat dengan Boneka Si Unyil yang terkenal pada tahun 1980-an? Nah, boneka pertama tokoh-tokoh dalam lakon Si Unyil tersebut juga disimpan di sini. Selain Si Unyil, terdapat pula boneka Si Gale-Gale yang berasal dari daerah Batak, pertunjukan boneka dari Perancis, Amerika maupun Inggris.


Filosofi Wayang


Selain dari bentuknya yang unik, hal yang sangat menarik dari dunia wayang adalah filosofi kehidupan. Penokohan dan alur cerita wayang sebagian besar bersumber dari naskah Ramayana dan Mahabarata, juga merupakan kisah kerajaan-kerajaan besar dari berbagai wilayah Nusantara. Namun dengan kreatifitas sang dalang, juga dapat diciptakan cerita-cerita baru yang lebih menarik seperti wayang kancil yang merupakan kisah fabel ataupun tokoh-tokoh gubahan lainnya.

Seperti halnya manusia, wayang merupakan bayang-bayang kehidupan, di mana terdapat tokoh protagonis dan antagonis (pandawa dan korawa dalam epos Mahabarata). Banyak karakter dan filosofi tentang kebaikan, pengorbanan, kesetiaan, keprajuritan, kepercayaan dan masih banyak lainnya yang bisa kita ambil dari kisah-kisah pewayangan. Karena merupakan teater rakyat yang sangat populer, wayang juga digunakan sebagai media untuk menyebarkan agama seperti yang digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam, maupun yang digunakan para misionaris untuk menyebarkan agama Kristen. Anda dapat melihat koleksi wayang tersebut di museum ini.

Tahun 2003, UNESCO memberikan penghargaan kepada Wayang Indonesia sebagai karya mengagumkan dalam cerita narasi dan merupakan warisan budaya yang sangat berharga (Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).


Pagelaran Wayang
Kampanye museum kerjasama antara Starbucks Coffee Indonesia dan Museum Wayang kali ini juga memberikan kesempatan pada saya dan rekan untuk mendapatkan pengalaman belajar bermain gamelan. Namun karena keterbatasan waktu dan kesiapan pemandu, saya hanya sempat diperkenalkan dengan beberapa jenis alat musik pengiring wayang dan mencoba teknik memukul gamelan. Jika Anda datang berkelompok, baiknya lakukan reservasi terlebih dahulu dan siapkan tips untuk pengajar.

Secara berkala, Museum Wayang juga mengadakan pagelaran yang dapat Anda nikmati pada

setiap Minggu kedua, ketiga dan keempat setiap bulan, dari jam 10.00 – 14.00 WIB. Namun ada kalanya diadakan acara-acara khusus seperti Pagelaran dan Pameran Wayang Kulit Revolusi, dan partisipasi Museum Wayang pada acara Batavia Art Festival di bulan Agustus ini.

Prasasti
Setelah Anda puas dengan koleksi wayang, di bagian lantai bawah bagian belakang museum ini terdapat prasasti yang terpampang di bagian dindingnya. Konon, bagian ini merupakan bagian yang masih tersisa dari bekas gereja yang merupakan bangunan terdahulu.

Pada awal didirikan pada tahun 1640, gedung ini merupakan gereja yang bernama De Oude Hollandse Kerk, kemudian pada tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama menjadi De Niewe Hollandse Kerk. Halaman samping gereja dimanfaatkan sebagai makam, antara lain makam gubernur jenderal, pejabat tinggi VOC serta keluarga mereka. Kemudian makam itu dipindahkan ke taman makam khusus di Jalan Tanah Abang I, Jakarta, yang kini menjadi Museum Taman Prasasti.

Pada tahun 1808, gedung tersebut hancur oleh gempa bumi, dan di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung yang akhirnya dipergunakan untuk Museum Wayang. Museum Wayang ini kemudian diresmikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tanggal 13 Agustus 1975.

Tahun 2003, Museum Wayang mendapatkan hibah sebuah gedung yang berada bertepatan di sebelahnya dari Probosutejo untuk digunakan sebagai perpustakaan dan penempatan koleksi wayang yang selama ini disimpan.

Semoga saja banyak pihak lain yang juga tertarik melestarikan warisan budaya berharga ini, termasuk mendukung dana pengembangan, pengelolaan maupun kerjasama promosi.


Souvenir
Sebelum meninggalkan museum, ada baiknya tak lupa mampir terlebih dahulu melihat koleksi cindera mata karya pengrajin kulit. Mulai dari pembatas buku, wayang kulit dan golek dalam berbagai ukuran sampai miniatur seperangkat alat music pengiring pertunjukan wayang. Sangat menarik untuk dijadikan pajangan ataupun sebagai pemberian untuk tamu atau teman Anda. Karena lumayan mahal (dan bagus), cukuplah bagi saya mengoleksi pembatas buku Rama-Sinta


Starbucks Coffee Museum Campaign

Starbucks Coffee Indonesia memberikan tiket gratis kepada pelanggan untuk dapat berkunjung ke lima museum terbesar di Indonesia, yaitu Museum Nasional, Museum Sejarah Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, dan Museum Tekstil. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan publik terhadap peninggalan budaya bangsa dan membantu mempromosikan keberadaan museum-museum di Jakarta sebagai pusat sejarah, budaya, dan edukasi. Selain tiket gratis, pelanggan juga mendapatkan fasilitas tambahan seperti pengalaman belajar seni membatik, bermain gamelan, ataupun souvenir secara cuma-cuma. Program ini berlangsung dari 15 Juli – 15 Agustus 2008.

Untuk informasi selanjutnya bisa dilihat di www.starbucks.co.id


Alamat:

Museum Wayang
Jln. Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta Barat 11110
Tel. 021 692 9560 Fax. 021 692 9560


Jam Buka:

Selasa-Kamis, & Minggu 09.00 – 15.00
Jum’at 09.00 – 16.30
Sabtu 09.00 – 14.30
Senin & Hari Libur Nasional Tutup

Tiket:

Dewasa : Rp. 2.000
Mahasiswa : Rp. 1.000
Anak-anak/Pelajar : Rp. 600

Grup (minimal 20 orang)
Dewasa : Rp. 1.500
Mahasiswa : Rp. 750
Anak-anak : Rp. 500


Jasa Pemandu:

Bahasa Indonesia : Rp. 30.000
Bahasa Inggris : Rp. 50.000



*Untuk Majalah Chic, No 24, 19 Nov - 3 Des 2008

Selamat Berpuasa, Minal Aidin Wal Faidzin



Assalamualaikum,

Kerinduan membuncah di ambang Ramadhan
Saatnya menjemput bulan penuh ampunan
Mari bercermin diri, sujudkan hati
Entaskan rasa syukur pada Illahi

Selamat menunaikan ibadah puasa,
mohon maaf lahir dan batin


Wassalam,
Sri Dewi Susanty & Kel
© Totography by Toto Santiko Budi







Totography

Assignment & Stocks
Jln. Rasamala II no 16, Menteng Dalam
Tebet – Jakarta Selatan 12870
t : 021-96141664
m : 0852 847 735 81
e : sdsusanty@gmail.com
w : http://totopicture.smugmug.com, http://sridewisusanty.blogspot.com